Home > News

Tren Perjalanan Generasi Milenial Bakal Hilang di Tahun 2025

Perjalanan superhemat saat ini sudah kehilangan popularitas.
Traveling (ilustrasi). Sumber: Freepik
Traveling (ilustrasi). Sumber: Freepik

INFOREMAJA.ID -- Seiring dengan terus berkembangnya kebiasaan bepergian di tahun baru, beberapa tren perjalanan bagi generasi milenial akan mulai menghilang. Milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996.

Menurut edisi terbaru laporan Portrait of American Travelers, yang dirilis bulan lalu oleh MMGY, sebagian besar warga Amerika berencana untuk berlibur setahun ke depan. Namun, sejumlah pakar mengungkapkan adanya pergeseran lanskap perjalanan di kalangan milenial.

'Sprint' dan Perjalanan Spontan

Will Lee, agen perjalanan di Chima Travel, mengatakan kepada Newsweek bahwa sejauh ini tren terbesar yang kita lihat pada generasi milenial yang mulai menghilang adalah kecenderungan mereka untuk ingin 'sprint' melalui banyak negara saat bepergian ke luar negeri.

Secara tradisional, generasi milenial hanya akan menghabiskan satu atau dua malam di kota-kota seperti Venesia, Barcelona, atau Paris. Tetapi, sekarang mereka memilih pengalaman perjalanan yang lebih lambat dan lebih mendalam untuk sepenuhnya menghargai setiap destinasi, katanya.

Joe Cronin, presiden International Citizens Insurance, menyuarakan sentimen ini, mengatakan kepada Newsweek bahwa perjalanan spontan jangka pendek juga kehilangan daya tariknya.

"Banyak orang sekarang memilih perjalanan jangka panjang yang lebih direncanakan, dipengaruhi oleh meningkatnya biaya perjalanan, fleksibilitas pekerjaan dari bekerja jarak jauh, dan meningkatnya apresiasi terhadap pengalaman yang mendalam," katanya.

'Pengkultusan' Perjalanan

Ronan McLoughlin, pendiri Boutique Hotel Hub, mengatakan kepada Newsweek: "Pengkultusan perjalanan sebagai pencapaian yang menentukan kehidupan akan berakhir pada tahun 2025."

Perjalanan pernah dianggap sebagai penanda "pertumbuhan pribadi dan kecanggihan budaya," katanya, seraya mencatat bahwa generasi milenial akan menjadi generasi terakhir yang menganggap hal itu benar, dan 2025 akan memperkuat hipotesis itu.

Ini karena perjalanan tidak lagi menjadi simbol status yang signifikan, karena munculnya media sosial telah mendemokratisasi perjalanan, sehingga tidak lagi mengesankan untuk sekadar mendokumentasikan perjalanan seseorang di berbagai destinasi populer.

McLoughlin berkata, Instagram dan lainnya akan tetap populer. "Tetapi, jenis orang yang suka 'selfie' di sekitar Eropa kini hanya disambut dengan gelengan mata... tidak ada yang terkesan lagi. Sangat mudah untuk bepergian akhir-akhir ini dan jika memang mudah, ya, siapa yang peduli?"

Liburan yang 'Sempurna'

Duncan Greenfield-Turk, pendiri Global Travel Moments, mengamati adanya pergeseran dari liburan yang dikurasi dengan cermat dan siap untuk diunggah di Instagram.

"Salah satu tren yang mulai memudar adalah fokus pada perjalanan yang hanya tentang mendapatkan foto Instagram yang sempurna," katanya kepada Newsweek, seraya mencatat bahwa generasi milenial kini memprioritaskan pengalaman yang asli dan bermakna daripada pengalaman yang menyenangkan secara estetika tetapi dangkal.

Mona Molayem, seorang blogger perjalanan mewah generasi milenial di MonaCorona.com, mencatat tren serupa. "Bepergian ke tempat-tempat yang memiliki 'pemandangan alam' yang sangat fotogenik seperti mekarnya bunga musiman dan cahaya utara akan digantikan dengan perjalanan ke tempat-tempat yang memiliki fenomena alam lain yang tidak begitu siap difoto, seperti gerhana dan bioluminesensi," katanya.

Perjalanan Superhemat

Greenfield-Turk menyebutkan bahwa perjalanan hemat ekstrem mulai kehilangan popularitas di kalangan milenial.

"Orang-orang berusia 30-an dan 40-an kini mencari perjalanan yang menawarkan nilai dan kualitas nyata, bukan sekadar pilihan termurah," katanya.

Kristan De Graaf, CEO di Elite Rentals Dubai, sependapat, dan mengatakan banyak generasi milenial yang menikmati perjalanan hemat dan menginap di hostel mungkin akan meninggalkan ini. Mereka lebih memilih kenyamanan, kemewahan, dan pengalaman unik.

De Graaf menekankan tren yang berkembang dalam mencari petualangan unik yang memberikan pengalaman yang lebih personal daripada perjalanan pasar massal.

"Generasi milenial kini lebih tertarik pada kenyamanan, kemewahan, dan pengalaman unik, dengan lebih banyak memilih persewaan kapal pesiar pribadi, hotel mewah, dan paket perjalanan khusus daripada opsi tradisional berbiaya rendah," kata De Graaf.

Perjalanan Solo

Cronin menunjukkan bahwa perjalanan solo terus menurun karena masalah keselamatan, termasuk ketidakpastian geopolitik, serta meningkatnya minat pada pariwisata berbasis komunitas.

"Fokus generasi milenial beralih ke perjalanan berbasis kelompok karena mendorong pengalaman dan interaksi bersama," katanya, seraya mencatat bahwa layanan yang menawarkan tur kelompok atau retret kerja bersama telah mengalami peningkatan, menyediakan pilihan perjalanan yang lebih aman dan lebih menarik secara sosial.

Pariwisata Berlebihan dan Paket Lengkap

Ally Gibson, seorang blogger perjalanan milenial dari saluran YouTube Ally Travels yang telah mengunjungi 30 negara, mengatakan kepada Newsweek bahwa generasi milenial mulai menjauh dari pariwisata berlebihan.

"Lebih banyak orang mencari pilihan perjalanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta menemukan 'permata tersembunyi' yang tidak dibanjiri wisatawan," jelasnya.

Molayem menambahkan bahwa "destinasi yang berpusat pada pesta dan menjadi pusat media sosial seperti Tulum [di Meksiko] atau Bali [di Indonesia]" sedang digantikan oleh tetangga yang jarang dikunjungi seperti Guatemala atau Sumba yang berfokus pada kesehatan di Indonesia.

× Image