Kemdikdasmen RI Upayakan Komitmen untuk Perkuat Pendidikan Karakter bagi Siswa
INFOREMAJA.ID - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI serta Pimpinan Pusat Aisyiyah lakukan komitmen untuk memperkokoh pendidikan karakter di Indonesia.
Dalam upaya tersebut, kedua lembaga mempersiapkan beberapa rencana strategis demi membentuk generasi muda yang memiliki karakter kuat, berintegritas, serta punya daya saing secara global.
Bahkan, terdapat juga program-program prioritas untuk pembangunan pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan karakter dan inklusivitas yang terus diperkenalkan sekaligus hadapi tantangan zaman yang makin kompleks.
Kepala Pusat Penguatan Karakter (Kapuspeka), Rusprita Putri Utami menjelaskan peran penting dari pendidikan karakter dalam wujudkan visi Pemerintahan yang lebih baik.
Ia menyebutkan, program prioritas yang digagas oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkaitan dengan isu penguatan karakter.
"Ada delapan program prioritas nasional, dan empat di antaranya sangat berkaitan erat dengan isu karakter. Ini terlihat jelas dalam upaya memperkokoh ideologi Pancasila, memperkuat pemberdayaan sumber daya manusia, serta menciptakan kebijakan yang inklusif dan berbasis gender," sebut Rusprita dalam keterangan resminya pada Kamis (16/1/2025) lalu.
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bagi generasi muda, turut menerima sorotan. Menurut Rusprita, karakter bangsa harus diwujudkan melalui pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai yang ada.
Generasi muda juga diharapkan menerapkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari, serta mempunyai kualifikasi secara global.
Satu contoh upaya yang dilakukan demi wujudkan pendidikan karakter adalah melalui program pelatihan bimbingan konseling bagi guru, meningkatkan kompetensi guru BK dan agama, serta penanaman tujuh kebiasaan Anak Indonesia.
Tujuan dilaksanakan upaya tersebut yaitu, mencegah perundungan dan kekerasan seksual yang belakagan ini ramai terjadi di lingkungan sekolah.
Hal itu dibuktikan dengan data dari PISA di tahun 2022, yang menjelaskan sebanyak 25 persen siswi dan 30 persen siswa melapor sebagai korban perundungan beberapa kali, dalam kurun satu bulan.
Sebaliknya, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sebanyak 2.133 kasus selama 2024, yang mana kejahatan seksual dan kekerasan fisik atau psikologis merupakan permasalahan yang banyak.
Dari permasalahan tersebut, membentuk lingkungan belajar yang inklusif dan berkarakter adalah pilihan yang baik. Pola pendidikan tersebut memfokuskan kepada tersedianya akses pendidikan bagi semua siswa, termasuk mereka yang disabilitas hingga korban kekerasan.
Tim Ahli Mendikdasmen, Rita Pranawati mengucapkan, kebiasaan baik dan menebar karakter positif harus dilakukan sejak dini. Pendidikan karakter tidak hanya sebatas tugas sekolah, namun peran dari orang tua sekaligus masyarakat.
"Kebiasaan baik, seperti tidur tepat waktu, bangun pagi, dan berolahraga, harus dibiasakan. Ini adalah bagian dari pendidikan karakter yang tidak bisa ditunda," tuturnya.
Pendidikan inklusif ini bertujuan untuk memberi kesempatan yang sama setiap anak maupun siswa, terlepas dari latar belakang hingga kemampuan intelektual mereka.
Artinya, semua mereka mempunyai hak yang sama untuk menerima pendidikan yang layak termasuk anak atau siswa yang berkebutuhan khusus, dan korban kekerasan.
"Pendidikan inklusif memberikan ruang untuk keberagaman, mengajarkan nilai-nilai seperti penghargaan terhadap perbedaan dan kesetaraan. Ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak dapat berkembang dengan baik, tanpa terkecuali," tutup Rita.