Home > Curhat

Mengapa Kesehatan Mental Sering Menghantui Gen Z?

Generasi Z disebut sangat dekat dengan kesehatan mental karena beberapa faktor.
Generasi Z Sumber:
Generasi Z Sumber:

INFOREMAJA.ID -- Generasi Z, individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh di era yang penuh dengan stres dan kecemasan. Sekitar 84 persen dari Generasi Z percaya bahwa kesehatan mental adalah krisis di Amerika Serikat.

Menurut studi, mereka 80 persen lebih mungkin melaporkan mengalami kecemasan atau depresi dibandingkan dengan generasi yang lebih tua.

Mengapa gen Z fokus pada kesehatan mental?

Mantan Kepala Ahli Bedah Umum AS David Satcher pernah berkata tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental, yang berlaku untuk semua kelompok umur.

Generasi Z unik karena sebagian besar sedang melalui tahap perkembangan yang kritis. Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa rentang usia sekitar 14 hingga 24 tahun menandai fase formatif kehidupan di mana perubahan kognitif, biologis, dan psikososial yang mendalam sedang terjadi.

Pada saat yang sama, para remaja ini harus berjuang untuk meningkatkan otonomi, membentuk identitas mereka, mengembangkan keterampilan hubungan dan kehidupan, memperoleh pendidikan dan pelatihan karier, dan banyak lagi.

Ini juga merupakan masa yang rentan bagi kesehatan mental remaja, karena sekitar 75 persen penyakit mental muncul antara usia 10 dan 24 tahun. Periode kritis ini merupakan jendela kesempatan penting untuk mendukung kaum muda, meningkatkan kesejahteraan mental mereka, dan membantu mereka berada di jalur yang positif untuk masa depan.

Generasi Z juga benar dalam penilaian mereka—mereka menghadapi krisis kesehatan mental. Organisasi terkemuka seperti American Academy of Pediatrics dan American Academy of Child and Adolescent Psychiatry baru-baru ini mengumumkan keadaan darurat nasional untuk kesehatan mental anak dan remaja.

Dan meskipun sebagian besar kaum muda sehat secara fisik dan emosional, tren bunuh diri remaja, kunjungan UGD kesehatan mental, depresi, dan kecemasan telah meningkat selama lebih dari satu dekade terakhir. Krisis ini juga telah memengaruhi anak-anak yang lebih muda dan generasi milenial. Generasi Z sangat terbuka dalam berbagi perjuangan mereka, seperti yang dijelaskan dalam postingan ini.

Generasi Z Berjuang Melawan Kecemasan dan Depresi

Dilansir aecg.org, hampir dua pertiga (65 persen) dari Gen Z melaporkan mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam dua tahun terakhir, menurut sebuah studi multi-tahun yang dirilis pada tahun 2023. Statistik ini lebih rendah untuk semua generasi yang lebih tua, termasuk generasi milenial (51 persen), Gen X (29 persen) dan Boomer (14 persen).

Meskipun perbedaan ini sebagian dapat dijelaskan oleh tahap kehidupan Gen Z, beberapa penelitian menunjukkan bahwa Gen Z memiliki tingkat tantangan kesehatan mental yang dilaporkan sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya pada usia yang sama.

Misalnya, data Survei Perilaku Risiko Remaja CDC terbaru menunjukkan bahwa 42 persen siswa sekolah menengah Gen Z melaporkan perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus pada tahun 2021, yang hampir 50 persen lebih tinggi daripada laporan siswa sekolah menengah milenial pada awal tahun 2000-an. Di antara anak perempuan, angka ini adalah 35 persen untuk siswa sekolah menengah milenial pada tahun 2001 dibandingkan dengan 57 persen siswa sekolah menengah Gen Z pada tahun 2021.

Mengapa Generasi Z Sangat Tertekan?

Tidak ada jawaban yang sederhana atau pasti. Akan tetapi para ahli menyarankan berbagai kemungkinan penyebab meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan anak muda.

Beberapa penyebab adalah seperti tingkat penggunaan media sosial yang tinggi, memburuknya stres dan konteks sosial karena isu-isu seperti perubahan iklim, penembakan massal, kekerasan rasial, dan epidemi opioid, dan dampak jangka panjang dari ketidakadilan ekonomi.

Apa yang menyebabkan depresi pada remaja, secara umum?

Kondisi kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan bersifat kompleks dan tidak disebabkan oleh satu masalah saja. Sebaliknya, ada banyak faktor yang terlibat dan dapat berkisar dari gangguan kimia otak dan kerentanan genetik hingga pengalaman traumatis (misalnya, pelecehan, paparan kekerasan, kematian orang yang dicintai) dan pola pikir negatif.

Banyak faktor dan keadaan lain yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini pada remaja, seperti penyalahgunaan zat; kondisi kesehatan fisik kronis; harga diri rendah; dan masalah hubungan jangka panjang atau sekolah.

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi dan penyakit mental lainnya berbeda untuk setiap remaja, dan setiap individu dipengaruhi oleh konteks biologis, keluarga, komunitas, budaya, dan lingkungan mereka yang unik.

× Image