Home > News

Survei Klook Menyebutkan, Travelling Adalah Terapi bagi Milenial dan Gen Z

Kegiatan tersebut mampu memenangkan mental dan mengurangi stress berlebihan.
Sumber: Pixabay.
Sumber: Pixabay.

INFOREMAJA.ID - Banyak pengobatan terapi yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok umur Milenial maupun Gen Z. Salah satunya adalah travelling, yang merupakan alternatif terbaik bagi mereka.

Travelling merupakan bentuk terapi yang bagus bagi kelompok umur tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Travel Pulse yang dilakukan oleh Klook, pada Februari lalu.

Penelitian tersebut dilakukan survei pada 14 negara, di antaranya Hong Kong, Malaysia, Jepang, hingga Amerika Serikat. Dari survei yang dilakukan, Milenial dan Gen Z justru menilai travelling merupakan kegiatan ampuh untuk melepas stress.

Presiden dan Pendiri Klook, Eric Gnock Fah mengatakan, bahwa kegiatan tersebut mampu menenangkan mental para Milenial maupun Gen Z.

“Generasi Milenial dan Gen Z semakin beralih ke perjalanan sebagai bentuk terapi terbaik mereka,” sebutnya dalam keterangan resmi.

Survei tersebut menjabarkan, sebanyak 64 persen Milenial dan Gen Z menilai bahwa travelling tidak hanya kegiatan yang sebatas pelarian dari aktivitas kerja dan yang lain.

Namun travelling adalah sebuah kegiatan yang bisa menenangkan mental sekaligus mengurangi beban pikiran mereka, serta mampu meningkatkan serta mengembalikan kepercayaan diri.

Dibalik ada manfaat tersendiri bagi Milenial dan Gen Z, rupanya travelling juga memiliki beberapa hambatan yang dirasakan oleh kelompok umur tersebut.

Waktu menjadi masalah utama apabila mereka ingin melakukan travelling kemanapun. Data dari Klook menunjukkan, sebanyak 60 persen Milenial dan Gen Z menyoroti hambatan tersebut.

Lebih jelasnya, 56 persen Milenial dan Gen Z yang berada di Vietnam, setuju dengan waktu merupakan hambatan utama mereka, dalam melakukan travelling. Disusul dengan masalah lainnya, yaitu finansial dan komitmen pekerjaan.

Ditambah lagi, sembilan dari 10 orang merasakan frustrasi dikarenakan Milenial dan Gen Z, tidak mampu memulai kegiatan travelling tersebut. Menurut mereka, ketidakmampuan tersebut disinyalir oleh terbatasnya waktu, komitmen pekerjaan, serta finansial.

“Meskipun tuntutan hidup yang penuh tekanan menyebabkan banyak frustrasi, pengaruh transformatif dari perjalanan tidak dapat disangkal," ujar Eric.

"Dengan 92 persen mengalami kesedihan pascaperjalanan, dan hampir 40 persen sudah merencanakan liburan berikutnya, jelas bahwa perjalanan menyediakan lebih dari sekadar jeda perjalanan bertindak sebagai katalisator untuk menemukan jati diri, kreativitas, dan peremajaan,” sambungnya.

Walaupun ada kegelisahan tersendiri bagi Milenial dan Gen Z, namun hambatan-hambatan di atas tidak membuat mereka mengurungkan niat untuk tidak travelling.

Masih dari survei yang dilakukan, sekitar 84 persen Milenial dan Gen Z siap untuk melakukan satu kali travelling di tahun 2025. Kelompok umur tersebut menargetkan Jepang menjadi destinasi utama dan wajib untuk travelling, pada tahun ini.

Dibawahnya menyusul Tiongkok yang menjadi tujuan kedua bagi Milenial dan Gen Z, yang ingin travelling. Ditambah lagi, negara tersebut alami peningkatan permintaan lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan tahun 2024.

× Image