Baru-baru ini, ada sebuah peristiwa yang cukup mengganggu kita. Seorang remaja berinisial MAS (14 Tahun) membunuh ayah dan neneknya menggunakan pisau dapur di Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Sabtu (30/11/2024) dini hari. Ia juga melukai ibunya.

Polisi masih mendalami motif pelaku melakukan aksi mengerikan tersebut. Namun berdasarkan keterangan awal, polisi menyebutkan pelaku mendengar bisikan-bisikan sebelum melakukan aksinya.

Banyak orang berspekulasi pelaku memiliki gangguan kesehatan mental. Ada pula yang menyebut pelaku mengalami skizofrenia. Namun, kita masih menunggu hasil penyelidikan dari polisi dan ahli forensik.

Meski demikian, kesehatan mental remaja sangat penting kita perhatikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku merupakan penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. Bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga di kalangan usia 15–29 tahun.

Konsekuensi dari kegagalan menangani kondisi kesehatan mental remaja meluas hingga dewasa, mengganggu kesehatan fisik dan mental, serta membatasi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan sebagai orang dewasa.

Masa remaja merupakan masa krusial untuk mengembangkan kebiasaan sosial dan emosional yang penting bagi kesejahteraan mental. Kebiasaan ini meliputi penerapan pola tidur yang sehat; berolahraga secara teratur; mengembangkan keterampilan mengatasi masalah, memecahkan masalah, dan interpersonal; serta belajar mengelola emosi. Lingkungan yang protektif dan suportif dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat luas sangatlah penting.

Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental remaja. Semakin banyak faktor risiko yang dialami remaja, semakin besar pula potensi dampaknya terhadap kesehatan mental mereka.